Foto from: peluang-limatigaempat.blogspot.com |
Di hampir malam itu Kasmir berpamit mundur didepan beranda rumah dengan istrinya yang cantik dan dua orang anaknya yang masih balita.
Istri Kasmir menggamit pinggang Kasmir, seperti tak rela melepaskan si suami yang begitu dicintainya,
"Tak bisakah abang bertahan hingga esok pagi bang? ini sudah hampir malam, kasian anak-anak kamu tinggal juga.." Rajuk istri Kasmir yang jelang malam itu mengenakan daster batik printing berwarna merah marun.
Kasmir tidak menjawab, hanya encium kening sang istri, tersenyum kemudian memeluknya begitu hangat, dari bawah, kedua anaknya menatap sang ayah penuh harap sementra mereka tidak mengerti kalau ayah mereka hendak ditugaskan kerja.
"Tunggu aku Leha, aku pasti segera kembali, ini hanya sementara.." kemudian melepaskan pelukannya lalu pergi membawa ranel berisi camera foto lengkap.
****
Pesawat yang mengangkut kasmir mendarat di Papua, Kasmir ditugaskan untuk peliputan misi perdamaian pembebeasan lahan sengketa perusahaan ternama di deretan pegunungan timur Indonesia, sebuah daerah rawan.
Pukul satu dini hari, baling-baling helikopter yang akan mengangkut beberapa pemburu berita itu menderu-deru, berkibasan membuat pengang telinga. Satu batalyon sudah melingkar disetiap sisi lapangan pendaratan darurat, rencananya para wartawan akan di angkut kepuncak Jaya, karena disanalah headquarter berada.
DESIIING....
Bunyi tembakan memecah hingar bingar deru baling-baling, membuat semua mata bertanya-tanya, darimanakah asal suara itu,
Kasmir, menaikkan tas ranselnya, hendak medapati duduk dibangku paling belakang, namun sayang sekali, belum sempat menaruh diri pada bangku, selasat peluru perak mendarat dibagian lehernya...
Deru pesawat terhenti, berganti dengan suara-suara panik dari sekian puluh orang yang berada dilingkar pendaratan darurat.
Darah segar mengalir pada bagian leher Kasmir, nafasnya megap-megap, bibirnya sudah pucat pasi,
tak ada petugas medis yang siaga ditempat itu, hanya ada kotak p3k seadanya saja, bala tentara sibuk mencari-cari sumber tembakan, suasana panik menambah parah, hingga pada akhirnya Kasmir menghembuskan nafas terakhirnya, menutup matanya, terbayang dipelupuk mata Kasmir, tiga sorot cinta yang terlihat menjauh kemudian memburam.
****
Malam yang dingin, pukul tiga dini hari, Leha terbangun dari tidurnya, berjumput dengan kucuran air diwadah cor persegi empat, wudhu, mendoa untuk sang suami yang sedang ditugas kerjakan, penuh pengharapan agar diperolehnya keselamatan untuk suaminya tercinta..
**** End