Senin, 14 November 2011

Skripsi Cinta

Semalam suntuk Sunny bergumul dengan Skripsinya, matanya hampir sembab karena menatap monitor berjam-jam, seketika kaget, saat YMnya bunyi..


Seketika Sunny kaget, user name yg sudah lama di delet tiba-tiba saja muncul, permintaan pertemanan kembali, antara sadar dan tidak, accepted di kliknya,


Tak perlu menunggu lama, chatpun dimulai, Sunny diam, hanya membaca pesan yg baru saja masuk: "Selamat malam, apa kabar?" ~ Skripsi Cinta

TURUT BERDUKA

Akhirnya aku bisa tertidur, & melihatmu masih menggunakan jistring yg sama sperti malam pertama kita, kemudian kamu hilang, dalam awan malam,


Sepintas aku mencari-cari dalam cermin diujung kamar, adakah bayangmu yg sedang menorehkan gincu merah, namun kosong, hanya ada debu pekat.




Lalu aku berpindah ke meja rias, mencoba raba aroma wewangian yg selalu kau semprot ketubuhmu sebelum kita bertemu di ranjang, tapi kosong!


Sampai akhirnya aku keluar, keberanda rumah, kutemukan, papan rangkaian bunga harum kemboja dan melati menusuk.. "Turut Berduka Cita." -Diam

Aku Hanyalah Wortel

Aku hanyalah sepotong wortel di atas sup jatah sarapan pagimu..


Bahkan kadang-kadang aku bertukar peran dengan potongan tomat dilapisan sandwich mu, aku bukanlah keju, atau susu coklat yg selalu kau pilih


Aku ibaratkan aku ini musik dangdut yg tak disukai, karena di ipod touch mu itu hanya ada lagu hip hop, jazz, atau mozart


Tapi kadang-kadang juga, aku menjelma jadi jus labu kuning, kau buang ampasku, lalu kau ambil sari patiku, aku terimakasih


Dan ternyata, Kita adalah kotak persegi empat, yang mencoba masuk kedlm lingkaran, kamu tau jadinya apa? Sbuah lipatan sobek dberbagai sudut


------------------------------------- 12 November 2011

Selasa, 08 November 2011

PROJECT MENULIS BERSAMA

Akhirnya setelah mencuri-curi kesempatan untuk memposting tulisan-tulisan, selesai juga semuanya. Lama tak berbicara didinding sini, bukan karena malas menulis atau memang tak punya waktu, tapi beberapa waktu ini memang ternyata lebih banyak media lain yang lebih sederhana untuk sekedar memposting tulisan, atau lebih singkat seperti macam twitter, tapi abaikan saja waktu-waktu yang lalu itu.

anyway, sudah selesai memposting beberapa tulisan yang Alhamdulillah akan dibukukan. Sejak pertengahan Oktober lalu, iseng-iseng saya buka media selfpublishing online Nulisbuku.com, ternyata sedang diadakan project 11projects11days, awalnya sama sekali buram, tapi belakangan selalu membuntuti via timeline di twitter, dan ternyata itu semacam project menulis bersama, yang nantinya tulisan-tulisan terpilih akan dibukukan jadi 11 buku. Namun, berhubung saya telat tahu tentang project itu, jadi saya cuma ikut di project hari ketiga sampai hari kesebelas. Semua tulisan-tulisan yang masuk sudah saya posting sebelum postingan ini. Project menulis bersama ini simole sekali, kita cuma tunggu klue dari redaksi Nulisbuku setiap harinya mulai pukul 11 siang, admin akan mengumumkan apa tema tulisan hari itu, dan keseluruhan tema diambil dari lagu-lagu yang sudah sangat familiar ditelinga.

Kita mulai dari project di hari ketiga, ini adalah Buku Pertama saya, tulisan saya yang dibukukan untuk pertama kalinya, tema hari itu diambil dari lagu dengan judul Salah..



Di buku pertama saya ini (Buku ke tiga di #11projects11days) tulisan saya yang masuk judulnya "Disatu Jingga Sore Itu" Flash Fiction yang saya ambil dadakan, karena berhubung menulis disela-sela jeda makan siang kantor lalu bersambung sepulang jam kantor, jadi waktu itu hanya sempat membuat flash fiction, semangat sekali rasanya!!

Masuk hari ke keempat, lagu yang diambil adalah Baby Says milik The Kills, dan untuk tulisan ini, saya benar-benar habis ide, alasan pertama adalah karena lagunya ga pernah saya dengar, lalu ditambah waktu itu ga ada waktu buat nulisnya, alhasil baru sempat selesai menjelang deadline jam 11 malam, dengan cerpen berjudul "Kita dan Akhirnya"


Dibuku kedua saya ini 'agak' sedikit lebih senang, karena di tema ke empat dari Nulisbuku #11projects11days buku ini yang paling 'limited' edition, karena cuma terpilih 30 penulis dan hanya ada satu buku, Awsome!!!

Selanjutnya, masuk ke buku ketiga saya yang masuk, Judulnya MENARI, diambil dari judul lagunya maliq & d'essentials dengan judul yang sama, dibuku yang ketiga ini, tulisan saya yang masuk itu judulnya "Ombak-ombak Uluwatu" sedikit bertutur tentang bahagianya orang pacaran, agak klise, saya ambil setting di Uluwatu, sisa-sia ingatan perjalanan saya Juni lalu ke Bali.



Oke, lanjut ke buku selanjutnya, project Nulisbuku hari ke 6 #11projects11days, dibuku ke empat ini, tulisan saya langsung masuk dua tulisan, tema tulisan bebas di ambil dari lagu apa saja yang disukai, dan kalau tidak salah saya ambil beberapa lagu, dan yang terpilih dua lagu, lagu Boyz ll Men yang Song For Mama, saya buat puisi yang judulnya "Selamat Malam Ibu" lalu tulisan kedua saya ambil dari lagunya Eqoutez yang judulnya Sakit, dilagu ini saya dapat inspirasi cerita pendek yang saya beri judul "Kisah Tiga Babak"




Dance With My Father by Luther Vandros, menjadi tema yang diangkat di project Nulisbuku #11projects11days hari ke 7, dan menjadi buku ke 5 saya disitu, lagi-lagi masuk dua tulisan, namun terpisah, di Buku #1 "Tanpa Definisi" dan buku #2 "Drama Lima Tahun" tulisan tulisan ditema lagu ini saya ambil dari beberapa respons broadcast yang sempat saya share keteman-teman dekat :)




Dan sampai dengan saya turunkan postingan hari ini, masuk kebuku keenam saya yang lolos lagi dilist penulis buku bersama #11projects11days, judul buku di ambil dari lagunya Dewa yang judulnya Cemburu, disini tulisan saya yang masuk judulnya "Indahnya 'Melantai'"














Selanjutnya buku ke 7, di buku ini terinspirasi dari lagu Rihanna yg judulnya LOVE THE WAY YOU LIE, judul buku sama dengan lagunya, sebagian besar berkisah tetang kekesaran dalam hubungan pacaran, dengan berbagai pandangan penulis-penulis didalamnya, situasi yang berbeda, dan pastinya gaya tutur yang tidak serupa. Tulisan @irfanbatagor di buku yang ini judulnya MARRIAGE AND THE RAIN, berkisah tentang bahagianya mencintai seseorang yg kita anggap sempurna, dan betapa kikuknya menyambut hari pernikahan.. cekidot for the cover:




.
Last but not least, buku ke ke 8, atau bisa dibilang ini buku ke 10 dari seri buku 11projects11days nya @nulisbuku , dan di buku ini dibuat dua, Bimbang #1 dan Bimbang #2, ada puisi-puisi absurd yang dibuat menjelang pagi buta disini, Cinta Dalam Kotak dan Pertemuan Tiga Inchie yg dibuat duel bareng @diramanjaro, it's amazing, iseng-iseng malah jadi dibukukan :) this is the cover:












Dan itulah revie buku-buku yg nyangkutin tulisan @irfanbatagir didalamnya, mulai tanggal (14 November 2011) sudah bisa di order di: http://nulisbuku.com/orders/category


Semoga Bermanfaat, ini adalah awal dari kebangkitan penulis yang tertidur di dalam gua tak bertuan, salam hangat...

ORIONID



Dan terbentang sayap Deron yang berwarna perak saat dia melompati pohon kering yang tinggal tersisa batang-batangnya saja. Mukanya kesal, memerah, tubuhnya yang hanya sebesar ibu jari itu melayang-layang tidak tentu arah meliuk liuk terbawa angin. Kepak sayapnya memastikan dia menuju kemana, pondok coklat kecil yang terletak diujung desa, kampung Rorota.
Foto taken from Google

Mama: Seperti biasa, pulang kerumah mukanya masam, pasti gara-gara Regol?
Deron: (Bertolak pinggang) Siapa bilang, aku hanya kepanasan, cuaca diluar sangat panas, mataharinya sangat terik Ma, sudah, aku mau kekamarku dulu.
Mama: Tidak mau habiskan madumu dulu Deron? (Mama menawarkan semangkuk madu merah pekat dan sangat kental kepada Deron yang hendak masuk kekamarnya)
Deron: (tidak menjawab, menutup pintu kamarnya yang terbuat dari kayu oak, lalu menguncinya dari dalam)
Mama: (Mencoba mengetuk pintu) Deron, berapa kali mama bilang, jangan berteman dengan Regol dan kawan-kawanya, mereka bukan anak baik-baik, mereka terlalu brutal, Mama tidak senang kamu berteman dengan mereka. (Mama kembali mengetuk pintu perlahan, membujuk Deron)
Deron: (Dari dalam kamarnya, menutup telinganya dengan topi kupuluknya, menariknya hingga kebagian leher)
Mama: Baiklah, mama simpan jatah madumu siang ini di lemari pendingin, jangan sampai dihabiskan Melda, adikmu sebelum ia pulang dari kelas terbangnya. Mama mau ke rumah Bibi Lora, sejam nanti kembali. (suara pintu tertutup dari luar, dan kemudian hening).

****

Diceritakan ada sebuah kampung bernama Rorota, hiduplah sekelompok kecil  manusia dengan wujud seperti kurcaci, mereka sekecil ibu jari. Bentuk tubuhnya persis seperti manusia, hanya saja mereka sangat kecil. Menurut cerita yang beredar dan turun temurun dari generasi mereka, mereka adalah sejenis peri rumah yang hidup sangat jauh dari bumi. Mereka hidup di sebuah garis orbit bernama Orion. Bentuk mereka sama dengan manusia, hanya saja mereka memiliki kulit berwarna jingga, dan ada sayap yang terbentang dipunggung mereka, mereka bersinar disetiap gelap datang.

Tidak banyak populasi mereka, satu kampung itu hidup seperti keluarga besar yang tinggal dalam kompleks. Mereka saling mengenal satu sama lain, hidup damai dan bersahaja. Tidak ada korupsi, tidak ada demonstrasi, tidak ada polusi, semua bersahaja dalam hidupnya. Terkecuali remaja bernama Deron, hidupnya sangat penuh masalah. Anak tertua dikeluarga Betelgeuse ini memiliki rasa percaya diri yang sangat sedikit, badannya yang kurus, berbicaranya yang sedikit cadel, dan kesialannya yang luar biasa dimanapun ia berada membuatnya semakin merasa bahwa dialah yang paling berbeda di kampungnya sendiri. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan kekesalan, ejekan dari teman-teman seumurnya, terutama dari temannya yang bernama Regol membuat Deron semakin benci dengan kehidupannya di kampung Rorota itu. Ayahnya Betelgeuse adalah seorang penasehat hukum di kampungnya, ayahnya terkenal sebagai orang yang cerdas, berwibawa, dan memiliki kemampuan bersinar dengan tiga warna bergradasi dalam gelap, semua orang sangat menghargai Betelgeuse, Ayah Deron, sang Maha Agung.

****

Malam yang cerah, cahaya bulan yang redup tak menghalangi anak-anak kampung Rorota bermain disepanjang sungai Eridanus. Aliran sungai dari jauh terlihat berwarna perak, berkelap kelip disepanjang hulu sungai, cahaya yang terpancar dari tubuh-tubuh mungil mereka. Suara nyanyian dari dahan-dahan pohon yang rendah seperti paduan suara yang teratur ritmenya. Disana, didahan-dahan pohon itu, berkumpul gadis-gadis cantik dari kampung Rorota, rambut mereka tergerai indah, menggunakan gaun malam yang terbuat dari sutra tipis panjang berwarna biru. Cahaya yang keluar dari tubuh mereka berwarna abu-abu cerah, mereka duduk didahan-dahan kayu, bernyanyi. Daron, duduk di batu paling ujung hulu sungai, sendiri, cahayanya berwarna putih terang, dia tidak ingin bergabung dengan teman-temannya, bosan rasanya dia menjadi bulan-bulanan Regol dan kawan-kawannya. Matanya tertuju ke sungai Eridanus, disana ada bayang-bayang samar dari sosok gadis berambut hitam tipis yang duduk di dahan pohon tak jauh darinya, Mintika namanya, sudah lama sekali Deron menyukai mintika yang berlesung pipi, suaranya yang paling merdu diantara suara-suara yang bernyanyi malam itu.

Kebiasaan berkumpul di hulu sungai ini ada setiap menjelang akhir bulan menuju musim semi, sebelum kelopak lili terbuka, anak-anak kampung berkumpul disepanjang hulu, ingin menyaksikan kedatangan Canis Major, atau anjing pemburu yang berburu diatas air sungai perak. Canis Major melewati kampung rorota setiap akhir bulan, dan menurut mitos yang beredar di kampung Rorota, Canis Major itu adalah portal waktu yang menghubungkan antar rasi bintang, bahkan bisa sampai ke bumi. Namun, satu hal yang paling ditungggu-tunggu oleh anak-anak kampung Rorota di hulu sungai Eridanus adalah, bulu dari Canis Major yang kabarnya dapat mendatangkan keberuntungan.

Hari makin larut, namun hulu sungai semakin ramai oleh kedatangan warga-warga Rorota yang ingin juga menyaksikan kedatangan Canis Major dan melihatnya langsung melintasi sungai. Deron masih duduk dibatu yang sama, persis disampingnya sungai berwarna perak mengalir. Hawa dingin kian merasupi tubuhnya, dia melipat kedua tangannya kedalam jaket, sayap mungil dipundaknya berkibas perlahan, ada pertanda, nyanyian dari gadis-gadis didahan pohon semakin terdengar pelan, dan lama-lama berhenti. Ada bisik-bisik dari kerumunan warga yang datang, sampai akhirnya hening mencekam, Daron memandang keseluruh cahaya yang berjajar dihulu sungai, semua orang tertuju pada satu sinar emas mendekati mereka dari kejauhan, hening, Canis Major tiba.

Deron mempersiapkan dirinya, kali ini dia tidak akan gagal mendapatkan sehelai bulu dari Canis Major, sayapnya terkembang, membawanya sedikit terangkat dari batu tempat dia duduk, matanya fokus pada Canis Major yang masih terlihat titk emas yang kian lama kian jelas. Hentakkan kaki canis major seperti suara sepatu kuda, begitu cepat terdengar menderu-deru berkecipakkan diatas sungai, Canis Major semakin jelas terlihat mata, bentuknya seperti unicorn namun lebih kecil, moncongnya seperti anjing namun, di bagian belakang ekornya ada rambut yang bersinar, berkelap kelip, itu yang ditunggu, rambut keberuntungan, terhempas angin-angin, melambai seperti tak bertulang. Ada ketakutan yang mencekam ketika Canis Major kian mendekat, meraung terdengar keras dan memekakkan telinga, memecah air sungai Eridanus yang perak. Deron bersiap-siap, sayap munglinya, mengepak keras membelah udara, dia akan nekat menyergap buntut belakang Canis Major, semakin mendekat, semua mata terkesima menyaksikan keagungan Canis Major yang membuat kulit mereka dingin, mereka ketakutan sekaligus terkesima menyaksikan pemandangan yang hanya bisa mereka lihat sebulan sekali itu.

Seperti sinar meteor yang meluncur membelah galaxy, Canis Major berlalu diantara gemercik air sungai Eridanus, sekelibat, dan Deron menghilang.

****
Foto by google

Deron berteriak, semangat, hingga urat dikedua lehernya terllihat jelas, dia terhempas seperti melesat bersama meteor, terbang secepat kilat di langit. Bergelayutan diantara bulu-bulu Canis Major. Matanya tak dapat melihat dengan jelas karena cahaya diantara bulu-bulu yang gemerlapan, dia masih terus berteriak WOHOOOOOO!!!! YEAAY!!! AKU DAPAT!!!!!
Ikut melesat diatas sungai  Eridanus yang menuju ke arah utara, kedua tangannya memeluk bulu Canis Major, kuat. Tidak sampai sepersekian detik, Deron merasakan ada yang aneh, udara kian menipis, dan dingin terasa menusuk tubuhnya berlipat ganda, Canis Major menghentikan langkahnya, menepi dari sungai Eridanus, melompat keatas pohon-pohon, mencapai puncak pohon, dan melonglong, memecah kesunyian sepertiga malam yang semu dari sinar rembulan dan guratan meteor yang berkelibatan di angkasa. Deron tersadar, sontak kaget bahwa dia menemukan dirinya masih dipunggung Canis Major, kikuk, dan panik menjadi satu, namun dengan cepat kali ini dia mengepakkan sayapnya, setelah menarik sehelai bulu dari buntut Canis Major yang belum sadar akan keberadaannya.

Deron terbang, menuju kampungnya, Rorota. Luar biasa rasanya dia bisa menunggangi Canis Major yang melegenda itu. Tidak sia-sia dia nekat untuk meluncur kebawah kaki Canis Major ketika membelah sungai Eridanus beberapa jam lalu. Ditangannya menggenggam sehelai bulu Canis Major berwarna perak, masih berkelap kelip namun lemah. Senyum mengembang tak hentinya dari wajah Deron, bergelora rasanya saat dia mengepakkan sayap membelah udara malam yang kian dingin, tak ada satu ketakutan apapun mengikutinya kali ini. Luar biasa, itu yang terus melayang-layang dalam pikirannya, melihat kedalam genggaman tangannya.

Pintu pondok rumah Deron dibukanya perlahan, melangkah diantara bunga-bunga lili yang siap mekar esok pagi, perlahan menapaki batu-batu, hati-hati takut menginjak daun kering atau ranting yang jatuh dari dahan pohon. Matanya tertuju pada kamar paling atas, kamar Mama dan Ayahnya, yang Maha Agung, Betelgeuse, sepertinya mereka semua sudah terlelap tidur.

****

Dua minggu pasca keberhasilan Deron mendapatkan bulu Canis Major, tetap tak ada yang mengetahui hal itu, bakan Ayahnya, Betelgeuse pun tak tahu sama sekali bahwa anaknya yang selama ini ‘sangat’ biasa itu berhasil mendapatkan bulu Canis Major. Dalam hari-harinya, Deron masih terlihat biasa saja, tidak ada perubahan, hanya saja, sekarang dia lebih beruntung dibanding Regol musuh besarnya. Tidak ada lagi ejekkan dari teman-temannya, tidak ada lagi kecelakaan sayapnya tersangkut di ranting pohon ketika lomba terbang setiap sore hari. Sampai pada sore itu, dia bertemu dengan Milika yang baru saja mengumpulkan bunga lili.

Milika: (memandang Deron bersemangat) Entah kenapa sekarang aku lihat kau sedikit berbeda dari yang biasanya. (menatap Deron dari ujung kaki sampai kekepalanya).
Deron: (gugup) apakah itu berarti kau memperhatikan aku Milika? (tidak berani menatap mata Milika yang berwarna hijau muda).
Milika: Selalu, kau yang paling beda diantara yang lain! (duduk di batu sambil memilin rambutnya).

Mulailah sejak saat itu, kehidupan Deron berubah total. Tumbuh keberanian dalan dirinya dan kepercayaan diri yang luar biasa. Meskipun tubuhnya kurus, dan tidak sebanding dengan Regol dalam bertarung, Deron memiliki kemampuan mengendalikan diri yang sangat baik. Bulu Canis Major yang katanya membawa keberuntungan sesungguhnya tidak Deron rasakan sama sekali, tapi dia sadar ada hal-hal kecil yang jadi berbeda. Dia dan Milika sekarang jadi sahabat dekat, kemanapun mereka pergi selalu berdua. Tidak ada lagi ejekkan yang dia dengar, bahkan kesialan yang datang bertubi-tubi semakin berkurang.

Sebulan berlalu setelah Deron berhasil mendapatkan satu helai bulu dari Canis Major, itu berarti akan ada pertemuannya kembali dengan Canis Major di hulu sungai Eridanus. Seperti biasanya, semua warga kampung Rorota kembali berkumpul ingin melihat Canis Major. Malam ini, tidak seperti malam satu bulan lalu saat Deron belum mendapatkan bulu Canis Major. Tiba-tiba saja dia merasa ada sesuatu yang berbeda, dia merasakan dingin yang luar biasa, dia membuka kantung di belakang jaketnya, bulu Canis Major itu kembali menyala terang, berkelap kelip, melebihi sinar yang memancar dari tubuhnya, ada sedikit ketakutan yang menjalar ditubuh Deron, tapi dia bisa menguasai dirinya. Duduk berdampingan dengan Milika didahan rindang diatas sungai Eridanus yang berwarna perak, menanti Canis Major.

Kali ini tidak menunggu lama, kedatangan Canis Major sangat cepat, berbeda sekali dengan bulan lalu, ada angin yang menyertainya, angin yang sangat kencang, setiap orang yang berada disepanjang hulu sungai saling berpegangan, bahkan ada yang memilih untuk kembali kepondok mereka masing-masing. Semakin kencang angin berhembus, Deron berpegangan erat didahan pohon, bersama dengan Milika, ada ketakutan di wajah mereka. Tiba-tiba saja, saat bersamaan seperti kilat yang lewat, Canis Major melesat, Deron terbawa bersamanya, hilang sekejap mata, Milika sadar bahwa Deron sudah tidak bersamanya, menghilang.

****

Dibelahan langit yang berbeda, cahaya matahari memancar begitu terik, terdengar suara yang sangat bising dari kendaraan yang berlalu lalang, klakson mobil, dan bau asap yang menyengat, Deron membuka mata, menyadarkan diri, melihat kesekililngnya, selamat tinggal Orionid. *****

CINTA DALAM KOTAK




Wahai kotak hitam masa lalu, apa kabar dirimu? Diatas cawan rindu yg mulai tertutup debu ini, aku sematkan untaian pengantar tidur agar kita bertemu..
Aku sebutkan namamu keudara dalam malam yang makin menua. Di sepertiganya pernah ada cerita kita, kuharap kau tidak pernah lupa.
Euforia semangatmu yang selalu menuntunku, dalam sebuah jalur kawat yang sengaja kau ciptakan, hingga aku sadar disatu malam, bahwa kau pergi..
Kau dengan duniamu dan aku dengan duniaku, tanpa sadar kau ciptakan batas abu-abu sementara aku menapak tanpa ragu hingga perlahan-lahan tau..

RE : jingga mata mu semburatkan rasa ingin tau. Bukan mau ku ciptakan pemisah abu-abu. Tapi duniamu sudah kelewat ceria tanpa aku

Sampaikan salamku dalam secawan rindu, kusebutkan namanya dalam kalbu, semoga dia tau, merasakan, dan satu waktu kita bertemu dalam kotak yang baru.
Kini tidak ada batas di antara senja, fajar, matahari atau sepertiga malam yg terang bulan, biar aku kecup keningmu dan ku ucap dalam RINDU!

RE: Jangan merindu pada ku, dia hanya akan membunuh mu perlahan. Tapi biar lah waktu selesaikan tugasnya. Semoga kotak yang baru itu tercipta segera..

Aku haus akan genggaman, ketika aku berjalan dalam kebimbangan, kurapatkan jemari, dan kurasakan ada balasan, semoga kau bisa merasakan..
Secawan rindu dan hal-hal yg belum terselesaikan..

RE: Secawan rindu ini belum selesai...

Aku menunggu dalam kotak, kotak-kotak persegi empat, yang sampai saat nanti menjaga rasa, rasa cinta dalam dada, cinta dalam kotak, yang akan tetap tertutup debu.

PERTEMUAN TIGA INCHI






Hai, kau pertemukan kami, dalam jarak tiga inchi, aku berdiri lalu kau menari, kemudian pelan kuberbisik, apakah kau benci?

RE: tak sedetik pun benci itu datang merayapi. Ku tetap menari dan dengan penuh harap ku mau kau tetap disini. Dipertemuan tiga inchi

Alarm tengah malamku berbunyi, membangunkan pikiran dalam gelap dan sunyi, ada hati yang sendiri, ingin rasanya segera berlari, pergi..
Aku akan tetap disini, mendengar, merasakan, setiap getaran, lekukan, gelak tawa, atau seteguk air mata yg akan kau bawa, CINTA

RE: Aku tergelak. Apa itu CINTA? Tidak dalam satu nafas pun aku dapat rasakan itu. Yang aku tau, aku hanya menari bahkan saat air mata ini turun

Biar saja kuhantarkan perasaan yang teramat dalam itu kedalam malam tak bertuan, cinta hanya cerita soal rasa, akan hilang segera.
Kuharap bahagia yang tidak punya rupa tanpa batas,

RE: Yang bermula tanpa awal dan tiada pernah berakhir
RE: Aku menunggu hal-hal itu selesai. Cepat atau lambat. Bahagia atau... Terka lah
RE: Sebentar lagi mentari tampak. Ku kirim malaikat untuk  menyelinap diantara kantuk mu.

--Dan aku tertidur, terpejam dalam setumpuk kerinduan yang menghujam--


SERBUK SARI RINDU





Dan kusambut rindu bersama hangatnya matahari pagi.
Ada hadirmu dalam setiap embun yang dingin, menyelinap dalam kalbu.
Aku buka kelopak mata, dan ternyata kau telah tiada.
Aku ketuk pintu hati, membukanya lebar-lebar, menyiapkan jamuan cinta yang datang ketika harum tubuhmu perlahan-lahan merambat melalui dinding-dinding yang dingin.

Tertanam seperti akar, tumbuh seperti dahan pohon, dan menjulang tinggi seperti menara,
Itulah cintaku untukmu.

Biarkan dawai-dawai asmara itu bernostalgia,
Tentang pertemuan-pertemuan kita disatu malam tanpa bintang, tanpa rembulan,
Rindu yang bersayap, terbangkan asa yang hampir putus asa,
Cinta tak berdawai, menggesekkan namamu syahdu ditelingaku,
Saat malam tiba, aku berdiri dalam sendiri disini, menanti, sesuatu yang tidak pasti.

Dan kamu,
Tebarkan pesonamu seperti kelopak mawar yang merekah harumnya bersimbah, dalam diri yang resah.
Dan kamu,
Seperti kupu-kupu yang mengantarkan serbuk sari cintamu, hinggap diatas rambutku yang berkepang dua, kau sebarkan aromanya melalui sayap-sayap kelabu sang kupu-kupu, hinggap, kemudian pergi dan menghilang.

MENARI DI ATAS KERINDUAN




Diatas langit malam yang bertabur bintang
Dalam heningnya hati yang melayang
Kau usik dengan semburat wajahmu yang sekejap datang tiba-tiba

Gemuruh ombak disatu senja yang menghempas karang
Jeritan burung Maleo yang memecah hening senja ditengah hutan pantai
seolah meneriakkan nama yang selalu berputar-putar dalam alam bawah sadarku

Kita ini jelas berbeda,
kau diujung senja dan aku di di ufuk fajar,
kau dipelabuhan dan aku ada ditengah lautan,
aku hujan dan kau adalah pelangi
kita tidak pernah bisa sama…

Satu jiwa untuk dua cinta
Satu rasa tapi tidak serupa
itulah kita

Ingin sekali rasanya aku akhiri sebuah melodrama dalam alunan musik orkestra
Ingin sekali rasanya aku akhiri sebuah perasaan gundah gulana yang melelahkan

Kau buat aku menari
menari diatas kerinduan
Kau buat aku menari
menari diatas kecemasan
Kau buat aku menari
menari di atas kesakitan
Kau buat aku menari
menari diatas ratapan
Terus saja perhatikan, aku akan terus menari hingga kedua kaki ini tidak dapat berdiri kembali….
Sekali lagi kau biarkan,
Aku menari diatas kerinduan tak bertuan.


BEBASKAN AKU CINTA




Ketika aku meniti malam disepanjang jalan yang memburam,
tak satupun kutemui ketenangan dalam hening yang mencekam.
Ketika aku hirup bau embun basah disela-sela hujan,
tak sedikitpun aku menemukan celah untuk dapatkan ketenangan.
Ini adalah sebuah drama yang melankolis,
yang akan berakhir dengan dramatis dalam bait-bait yang begitu dinamis.
Selembut gerakan balerina dalam hipnotis musik klasik,
yang mengantarkan pada satu ritme yang berujung sama.
Dalam diamnya aku rasakan,
getaran-getaran yang kasat mata,
dalam diamnya aku rasakan,
hentakkan jiwa yang terus menggelora,
dalam diamnya aku rasakan,
gemuruh semangat cinta yang membahana.
Aku bukan seorang pujangga yang bisa bercinta dengan kata,
aku juga bukan seorang musisi yang bisa berdansa dengan nada,
biarkanlah aku merasakannya secara seksama,
dengan sedikit ketenangan jiwa,
sedikit saja,
biarkan aku,
bebaskan aku cinta…

INDAHNYA ‘MELANTAI’




Malam itu, musik club menghentak seisi ruangan yang gemerlap lampu kerlap kerlip. DJ memainkan piringan hitam, menggesek-geseknya hingga menghasilkan bunyi yang seolah menghipnotis setiap orang yang ada dalam ruangan setengah gelap itu, lampu remang-remang masih bisa sedikit memberikan kesempatan agar mata melihat ada siapa didepan kita sampai jarak pandang hanya dua meter saja. Sounds system yang dahsyat seolah memecah telinga, namun memberikan energy yang lebih kepada tubuh dan tak kuasa aku bergoyang dengan gaya seperti robot yang batrenya sudah mau habis. Mengikuti setiap hentakkan musik, menganggukkan kepala, dan benar-benar lupa dengan dunia, aku menikmatinya. Ku panggil sedikit teriak ke arah Beno yang sedang asik minum tak beberapa jauh dari kerumanan di tengah lantai dansa.
“ACARANYA KAPAN MULAI?” Katakku sedikit berteriak
Beno yang jauh disana sepertinya tidak mendengar pertanyaanku, dia hanya mengangkat kedua alisnya, isyarat bahwa dia mengatakan “APA?”
Aku hendak mendekatinya, namun agak sedikit kesulitan karena kerumunan orang banyak yang sedang berpesta, dilantai dansa, menikmati tiap senti musik yang menggila, campuran musik R&B, pop, bahkan hip hop yang dikemas menjadi house music.
Lagu The Time Of My Life milik Black Eyed Peas di remix dengan lagu Run The World milik Beyonce, kaki masih mengehentakkan lantai dansa sambil melangkah menuju Beno yang masih asik dengan minumannya.
“Acaranya kapan selesai Ben? Gue mau balik aja, udah capek banget.” Kataku setelah berhasil menjangkaunya.
“Ya elah Yo, baru jam 11 kalee.. nanti aja, bentar lagi deh, tadi kan lo gue yang jemput, biar nanti gue yang anter, nanti nyokap lo ngomel-ngomel.”
“Iya, tapi sampe jam berapa? Gue males sampe pagi-pagi, pengen tidur.”
“Ya udah bentar lagi deh, nanti ada fashion show nya juga, tunggu sampe fashion show selesai baru gue anter lo balik, oke, lo gabung aja sama anak-anak disana biar ga bosen!”
Aku sama sekali tidak mengindahkan perkataan Beno, rasanya sudah bosan ikut ‘melantai’ dan ingin keluar dari hingar bingar malam ini. Aku sedikit menjauh mencari tempat yang lebih tenang.
“Lemon teanya satu Mba” pintaku pada bartender perempuan yang sepertinya lebih muda dari ku. Sedikit kaget dia mendengar permintaanku. Mungkin bingung dengan pesanan yang aku minta, bukan minta ‘minuman’ tapi malah lemon tea. Dia menyodorkan gelas seperempat yang dipinggirnya disematkan buah lemon dipotong tipis.
Aku meminumnya sedikit, kemudian membuka ponselku, melihat apakah sudah ada balasan pesan di Blackberry Messenger (bbm) dari Dara, pacarku.
Tidak ada tanda-tanda bbm balasan darinya. Bbm terakhirku yang mengabarkan bahwa aku akan pergi bersama Beno pun belum dia baca, masih dengan simbol D yang berarti hanya Delivered. Sudah hampir tiga jam aku kirim bbm itu, tapi sama sekali tidak digubris olehnya. Agak sedikit kesal, tapi kutahan, akhirnya kuputuskan menelponnya, terpaksa, karena dia sama sekali tidak meresponnya. Bunyi nada tuut, tersambung ke nomer telponnya. Kutunggu beberapa detik, tidak ada jawaban juga. Satu menit, dua menit, tiga menit, berkali-kali aku hubungi teleponnya, tetap tidak ada jawaban. Aku lihat jam tanganku, pukul setengah dua belas malam, mungkin sudah tidur, pikirku. Aku tutup ponselku dan kumasukkan kembali kedalam saku celanaku.
Suara Dj kembali menggema, dia mengumumkan bahwa acara fashion show akan segera dimulai, musik disko diganti dengan suara instrument yang lebih lembut namun tetap memberikan jiwa agar badan ini tidak diam ditempat, kakiku terhentak dilantai, menikmati musik.
Mataku tertuju pada meja panjang yang terletak di tengah ruangan, yang disulap menjadi lantai catwalk. Satu persatu wanita dengan postur tubuh yang tinggi dan proporsional melenggak lenggok di atasnya, memamerkan busana yang mereka pakai. Dari ujung ruangan seorang host dengan pakaian agak ‘mencolok’ berkumat kamit, menyebutkan nama designer yang membuat baju yang sedang diperagakan sang model, aku menikmatinya.
Seperempat jam berlalu, acara fasion show masih berlangsung, sejumlah model masih sibuk mondar mandir diatas catwalk, dan hentakkan musik membius agar semua mata tertuju pada mereka. Aku meneguk cairan lemon tea terakhir dari gelasku, dan seketika tersedak, berlebihan, ketika mata ini menangkap sosok yang tidak asing lagi, Dara, dia sedang berdiri tak beberapa jauh dari arena catwalk, berkumpul bersama kelompok teman-temannya, aku mencoba mengenalinya, satu persatu, hanya satu orang yang aku kenal, yang lainnya tidak. Dengan refleks aku bangun dari kursi plastik satu kaki, hanya satu  tujuan, mendekati Dara, pacarku.
House music kembali di putar, dan setiap orang yang aku temui di lantai dansa itu semua bergoyang menikmatinya, menyatu bersama malam, dibuai oleh sounds system yang menggema-gema ditelinga. Beberapa langkah lagi aku sampai ke tempat Dara berdiri bersama teman-temannya, aku yakin dia tidak sadar bahwa aku ada disini.
“Sorry,”
Seseorang mendahului langkahku, sedikit menyingkirkanku yang hanya berjarak beberapa centi dari Dara, tubunya mungkin beberapa inchie lebih tinggi dari badanku, dan beratnya mungkin sekitar 10 atau 20 kilo lebih berat dari badanku, aku menghentikan langkah kakiku, memandangi Dara dari arah berbalik, mengurungkan niat untuk memanggil namanya.
Orang yang baru saja melewatiku tiba-tiba saja mengalungkan tangannya ke tubuh Dara, mesra, mereka berdua saling pandang, menikmati alunan musik yang masih dimainkan sang DJ. Dara terlihat sangat bahagia berada didekapan lelaki itu, aku mengamatinya dari sini, hanya beberapa centi darinya, musik DJ menghempaskan pikiranku.
Tangan ini berkeringat, hati luar biasa kejar-kejaran dengan suara musik yang dicampur aduk dipermainkan oleh disk jokey. Aku membalikkan tubuh membuang jauh niat untuk menemui Dara. Seketika ruangan menjadi panas, seperti ada tungku api yang dibuka lebar-lebar, seperti matahari yang membakar. Pantas saja dia sama sekali tidak menggubris bbmku dari sore tadi, bahkan telponku tak diangkatnya. Rasa kesal bercampur aduk, di mix seperti musik yang sedang diputar oleh DJ, aku melayang, seperti melambung kelangit ketujuh, kemudian terjatuh kembali kebumi, terhempas, hancur berkeping-keping. Membalikkan badan keluar dari lantai dansa. Para model masih saja melenggak lenggok di atas catwalk, dan sebagian orang menari tak tentu dilantai dansa, berpasangan, sendiri, atau bersama-sama dengan teman mereka, aku keluar dari kerumunan itu, keluar dari hiruk pikuk itu, menjauh dari manusia-manusia yang ‘melantai’.
Ubun-ubunku panas, pikiranku menerawang, pergi melewati lorong waktu melalui pintu kenangan, saat tiga bulan lalu...
***
Kita sama-sama janji bahwa kita akan saling menjaga hati. Kita sama-sama janji bahwa kita tidak akan saling menyakiti, kita sama-sama menghargai untuk saling mengasihi, dan kita sama-sama mengetahui bahwa kita tahu apa yang belum diketahui, dengan kepercayaan, aku dan kamu pasti bisa melewati semua ini, hubungan kita, jarak usia kita, latar belakang keluarga kita, kehidupan kamu, kehidupan aku, teman-temanmu, teman-temanku, hobimu, dan hobiku, apa yang tidak aku sukai dan apa yang kamu sukai, kita harus saling menghargai, aku yakin pasti kita bisa melewati ini.
Pembicaraan yang agak serius dilewat tengah malam dari ujung pesawat telpon. Hampir satu minggu Dara menyatakan bahwa dia bersedia menjadi milikku, dengan satu syarat, bahwa kami harus saling menghargai satu sama lain, dan aku menyetujui persyaratan itu. Luar biasa bahagianya kala itu, kuputari hampir lima puluh putaran joging track yang setiap akhir pekan aku lalui, saking bahagianya hati ini karena akhirnya cinta bertepi pada satu hati. Hari demi hari kita lalu bersama meski jarak memisahkan kita, hanya soal kota, dan hanya soal waktu, kita terpisah, awalnya aku menganggap itu hal biasa, sampai akhirnya aku dapati satu hal yang nyata tentang dirinya, bahwa aku bukan satu-satunya dihatinya, ada lelaki lain, yang sedang bersiap-siap menyambut dirinya. Dan dia berkata, membuka hatinya, berusaha, atau mencoba, menerima, dan ternyata itu ada sudah sejak lama.
Awalnya aku kaget, namun dalam hati ini justru malah berfikir nyata, bahwa ini adalah tantangan untuk memperebutkan hatinya, aku akan bersusah payah meski berpeluh resah untuk memenangkan hatinya. Selama berminggu-minggu selalu mendengar ceritanya, semua biasa saja, tidak ada yang berubah, hanya soal rasa, lambat laun akan terbiasa. Terkadang disela-sela bicara juga aku selipkan canda soal hubungannya dengan dia disana yang menang telak satu kosong karena mereka lebih dekat soal jarak dibanding aku, aku abaikan hal itu.
****
Kaget, Beno menepuk pungggungku dari belakang.
“Woy! Gue cariin didalem pantes aja gak ada, ngapain lo disini? Ayo buruan masuk, bentar lagi beres kok, baru abis itu gue anter lo balik, eh didalem ada Dara tuh, udah ketemu belom?” Beno merangkulku dan memaksaku untuk masuk lagi kedalam club, aku menurutinya, meski lemas sepertinya sekujur tubuh ini, mual kalau harus membayangkan bertemu dengan Dara, mengenalkanku dengan teman-temannya, dan, kekasihnya.
*****
Sakit rasanya jadi yang kedua,
Awalnya memang aku menerima bahwa itu hal biasa,
Sekali lagi aku katakan kalau itu hanya soal rasa,
Nanti juga pasti akan terbiasa,
Bulan ditarik ketanah, dan air laut di lempar keudara,
Tidak mungkin,
Kenyataan yang aku dapati adalah bahwa aku tidak bisa terima,
Mual adalah ketika kita lihat dia sedang berdua dengan orang yang dicinta,
Dan cemburu membabi buta namun apa hak kita?
Ingin ku caci ku maki kulukai, tapi tak sampai hati,
Sekali lagi ini hanya soal rasa,
Aku harap akan terbiasa,
Menggila karena tahu akhirnya akan terluka,
Duniawi ketika rasa cemburu membuat luka,
Namun ini soal rasa,
Semoga akhirnya akan terbiasa.










Melawai, 18 Oktober 2011, 22:00 pm

KISAH TIGA BABAK



 BABAK PERTAMA
Saat itu aku sendiri sedang mencari-cari, sebuah nama secara acak di facebook. Aku hanya iseng karena semua pekerjaan sudah selesai aku kerjakan. Dipojok kanan atas ada tulisan “people you may know” , orang yang mungkin kamu kenal, lalu aku klik all, dan keluarlah sebuah halaman berjajar sederet memanjang kebawah dengan berbagai macam nama dan foto-foto diri yang menyortkan muka-muka segala rupa, aku lihat satu persatu tanpa mengklik link tautannya, sehingga tidak usah masuk ke halaman profil mereka, dari sekian deret nama-nama, akhirnya aku tertuju pada sebuah foto dideretan paling bawah, Rio Siantury, entah kenapa pandanganku langsung tertuju kepada orang itu, aku juga tidak berfikir jauh, hanya ketertarikan sesaat, dan yang pasti sore itu, Cuma iseng karena sudah tidak ada pekerjaan lagi yang harus aku kerjakan, langsung aku klik nama itu, dan masuklah aku kehalaman profilnya.
Ternyata halaman profilnya tidak di setting ‘terbatas’ semua bisa aku buka, mulai dari info tentang dirinya yang berisi dari keterangan dimana dia bekerja, dimana dia sekolah, tempat tanggal lahhirnya, bahkan sampai hobinya, aku tahu sepintas lalu, dan kemudian aku klik link berikutnya, arsip foto, aku klik folder foto-fotonya, satu persatu, aku lihat semua folder, entah kenapa mata ini seakan-akan mendapatkan kesenangan melihat foto-fotonya, orang asing yang sama sekali aku tidak kenal, dan aneh sekali, setelah melihat isi foto-fotonya aku merasakan kedekatan yang teramat intim, bukannya aku berlebihan, tapi kenyataannya memang benar, aku rasakan itu sendiri, hatiku punya nurani yang percaya diri dan mengatakan bahwa aku ingin kenal dia lebih jauh!
Kembali kehalaman profil utama Rio, dan secara reflect tangan ini menekan option pilihan add friend. Klik!! Lalu aku kembali kehalaman home acount ku sendiri, membaca-baca news feeds yang isinya kumpulan status-status berceloteh, mulai dari tausyah dari ustad kondang, update status motivasi dari motivator terkenal, sampai dengan update-update status yang aku rasa ‘nggak penting ya” yang seharusnya nggak perlu dishare kok ya malah dishare, pikirku dalam hati hanya sepintas lalu. Bukan hanya update status saja, banyak juga foto-foto yang dishare, gaya narsis, gaya unyu, lagi hang out, lagi sama pacar, segala mace gaya sering banget muncul di news feed itu. Bosen aku scrol mouse kebawah, semuanya rata-rata sama, lalu aku buka kolom chat, dan keluar lagi sederet nama-nama mereka yang sedang online dan sudah offline, pembedanya hanya ada warna hijau untuk yang online, semua nama yang biasa aku temui, bosan untuk membuka chat dengan mereka.
Bosan sekali menunggu jam pulang kerja, begini rasanya kalau sedang bebas pekerjaan karena sudah selesai lebih awal, seperti ‘nanggung’, soalnya kalaupun aku keluar kantor belum bisa, belum waktunya, didalam kantor sinipun aku sudah sangat bosan, ya kurang dan lebih seperti inilah nasib jomblo (apa hubungannya ya?). aku tinggalkan monitorku beranjak ke pentry untuk membuat secangkir kopi. Tidak berapa lama aku kembali, lalu aku bula lagi halaman facebookku, dan ada warna merah pada bagian notification, aku klik, dan.. ceritapun dimulai.

BABAK KEDUA
“Hah?? Seriusan lo Del??” Meta teman kantorku terkejut saat makan siang dikantin teratai siang itu.
Aku mengangguk, mengeluarkan smartphoneku yang dibungkus karet berbentuk kepala kelinci..
“Ini dia, namanya Rio, sudah hampir sebulan sih kita kenal, dan, kita jadian..”
“Arrgghh.. kok lo bwuaruw cwerita sewkarangw sih?” Meta berbicara nggak jelas karena sambil mengunyah ketoprak pesanannya.
Aku sama sekali nggak jawab pertanyaan dia yang satu itu, hanya senyum dan melanjutkan makan siang kami.
***
“Hallo.. kamu kamu kamu lagi apa? Masih sibukkan? Kok bbm aku gak dibales sih?”
“Aku lagi taping buat besok Del, kan kalo Jum’at kerjaanku double, soalnya kan weekend libur” suaranya persis seperti penyiar radio favorite ku yang siaran tiap sore.
“Iya aku tau, waktu itu kamu pernah cerita Ri, oya, paket kirimanku uda sampe belum? Itu loh yang waktu kamu minta.”
“Jeans hitam dan kaos coklat yang kamu beli dari butik teman kamu kan?”
“Iya iya betul.. heheh asiik sudah sampe kan?”
“Iya sayang, udah sampe kok, nih jeansnya uda aku pake, makasi yaa Adelia sayang..”
“Iya Bolang jelek, seneng deh kalo denger kamu seneng, ya udah kamu lanjutin lagi kerjanya ya, aku sih udah siap-siap mau pulang, nanti kabarin lagi ya Ri.”
“Oke sayangku, kamu ati-ati yaa.”
Begitu setiap hari, semua rasanya sempurna, hari-hariku bersama Rio terasa lengkap, meskipun kita berdua menjalani hubungan dibatas jarak, tapi aku percaya itu tidak akan pernah menjadi masalah, karena aku bahagia bersamanya, dan dia juga sama, bahagia bersamaku.
***
Hampir dua bulan aku menjalani hubungan jarak jauh dengan Rio, semuanya terasa sangat baik, pekerjaanku meningkat maju karena semangat yang ditularkan oleh Rio kepadaku setiap saat, dia mengajarkan banyak hal tentang semangat, aku ingat, jumat akhir pekan lalu saat lelah stress karena pekerjaan ini menumpuk, didalam bis aku menelponnya, suaranya sedikit kecil karena derung kendaraan yang terdengar mendominasi, ditambah lagi tiba-tiba sekelompok pengamen masuk kedalam bus dan menyanyikan lagu-lagu yang tidak aku tahu itu lagu apa. Rio mengatakan padaku:
“Kamu tutup telpon aku, terus kamu dengerin deh itu pengamennya yang lagi nyanyi, anggap aja kamu lagi nonton akustikan di cafe, kan tadi kamu capek kerja kan, jadi anggap aja hiburan kamu setelah kerja, aku kan jauh, ga bisa ajak kamu sekarang juga, oke sayang..” aku tersenyum, dan langsung menikmati kelompok pengamen didepanku yang sedang asik bernyanyi.
***
“Jadi, kamu beneran mau ke Jakarta?”
“Iya, aku ke Jakarta Jum’at ini, nanti kita ketemu ya, jadi ada teman aku yang ngurus event disana, sekalian deh aku ikutan, sekalian bisa ketemu kamu sayang..”
“Asik, gak sabar nunggu Jum’at”
“Sabar dong..”
Dari Senin ke Jum’at aku tunggu rasanya lama sekali, tapi akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Rio akhirnya datang ke Jakarta. Jum’at pagi pesawatnya tiba di Bandara Soekarno Hatta, dia menelponku mengabari kalau dia sudah tiba, kebetulan hari itu aku harus handle gathering media dan nggak bisa izin untuk menjemputnya, Rio memberikan alamat tempat dia menginap bersama teman-temannya, di sekitar Tebet Utara. Semua pekerjaan aku rapihkan secepat mungkin, aku memang sedang di kantor, sibuk dengan mengatur segala macam schedule acara, tapi hati dan jiwa ini sudah tidak ada disni, sudah ingin segera menemui orang tercinta yang selama dua bulan seslalu setia menemani. Ingin segera berlari dan memeluknya, sekedar mengucapkan selamat datang, dan ingin mencium harum tubunya yang tidak pernah aku rasakan, waktu, aku mohon cepatlah berlalu, aku ingin segera besamanya, kasmaran memang membuat gila.
***
Pertemuan pertama akhirnya tiba, sebuah makan malam yang sederhana di sky dining, plaza Semanggi, Bricks Caffe, tepat dipinggir, dari sini bisa terlihat pemandangan jalan Sudirman dan Gatot Subroto yang melingkar. Aku, bersamanya, berdua diterangi lilin-lilin kecil yang menyala, sungguh, aku tidak berpura-pura, ini adalah bahagia, aku bersama dia, tatap muka, berbicara, dan aku suka, bahkan lebih, aku cinta!
Saat hari ketiga, dia meninggalkan Jakarta, aku tidak siap melepaskan dia, dan kita kembali pada realita bahwa cinta kita terbatas oleh jarak. Tapi aku meyakinkan hati bahwa ini hanya sementara. Ada air mata yang mengiringi saat dia menuju Bandara, dan lagi-lagi aku tidak bisa, bersama dia, mengantarkan dia pergi dari Jakarta.
“Aku pasti kembali Del, segera, kita pasti bertemu lagi, kamu ga boleh nangis...”
Itu pesan terakhir sebelum dia take off.

BABAK KETIGA
Aku menghitung, bulan ke empat masuk dari hubungan kita, sedikit aku rasakan menurun tidak seprti bulan-bulan lalu. Aku begitu sibuk dengan pekerjaanku, dan dia juga sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku dikejar deadline, dia pun sama dikejar deadline. Hanya ada late night conversation, itupun ada kalau dia tidak ada event sampai tengah malam.
Setiap hari, aku menunggunya, wake up call, bbm selamat makan siang, pengingat meeting setiap hari Senin, atau aku ingatkan dia untuk minum air putih karena dia jarang sekali minum air putih. Semuanya aku rasakan menurun, kalau aku grafik kan hubungan bulan k empat ini, seperti sedang berada dititik terendah.
Aku harus menunggunya setelah dia selesai bekerja, event tambahannya sepulang kerja juga menyibukkannya, lewat tengah malam baru ada kita.
“Aku sudah beli tiket untuk ke Bali Jelek, nanti kamu jemput ya, sesuai rencana kita, pokoknya kamu antar aku keliling Bali, jangan sampai ada yang terlewatkan.”
“Iya iya, nanti aku jemput.”
“Kamu kangen nggak sih?”
“Kangenlah”
“Aku bingung, kamu dari senin sampe Jum’at sibuk kerja di radio kamu itu, terus Sabtu sama Minggu ada side job kamu bareng temen-temen kamu, kapan punya waktunya buat aku ya?”
“Lho, kok ngomong gitu, ini kan kita lagi sama-sama, aku telpon kamu.”
“Iya tapi kamu lebih banyak nggak ada waktunya.”
“Aku sibuk kan bukan untuk main-main del, aku sibuk karena aku kerja, cari tambahan sampingan.”
***
Menginjak bulan kelima, komunikasi kami benar-benar terhitung, seminggu hanya beberapa kali dia menelpon. Sampai akhirnya, pada Jum’at pagi aku mendapati bbm darinya:
“Sepertinya kita harus berfikir ulang tentang hubungan kita..”
Aku gusar, aku geisah, pikiran ini tidak tentu, yang aku takutkan selama ini seperti benar-benar akan terjadi. Sampai akhirnya semua cerita jelas. Aku langsung menelponnya, menanyakan ada apa, dan semuanya jelas.
Ternyata selama ini, beberapa waktu belakang ini, dia yang biasanya selalu ada dalam setiap waktuku, suaranya yang menjadi penghantar tidurku, tidak ada kabarnya setiap saat, begitu terasa menghiang tiba-tiba. Dan dia jujur bercerita, saat ini, dia sedang membuka cintanya yang baru, membangun sebuah rencana yang lebih dari sekedar hubungan antara aku dan dia, dia membuka mata tentang jarak cinta yang ada antara aku dengan dia, dia tidak bisa ada lagi untukku, tidak bisa lagi menghabiskan detik terindah denganku, tidak akan memberikan waktunya lagi untukku, aku dimintanya untuk mencari yang lebih baik darinya, karena aku lebih baik tanpa dia, itu ucapnya. Entah mimpi apa aku semalam, habis cerita tentang kita, kuremas tiket pesawat penerbangan ke Denpasar yang hanya tinggal menghitung hari, aku merasa tidak terima, tapi inilah yang sebetulnya nyata, dia sudah tak punya cinta, dan untuk apa aku meminta. Dia yang terindah, dia yang aku lihat sempurna untukku, ternyata salah, aku yang salah atau siapa yang salah? Aku tidak bisa melepasnya.
****

Singing Loud: Ecoutez - Sakit

Label