Dan kusambut rindu bersama hangatnya matahari pagi.
Ada hadirmu dalam setiap embun yang dingin, menyelinap dalam kalbu.
Aku buka kelopak mata, dan ternyata kau telah tiada.
Aku ketuk pintu hati, membukanya lebar-lebar, menyiapkan jamuan cinta yang datang ketika harum tubuhmu perlahan-lahan merambat melalui dinding-dinding yang dingin.
Tertanam seperti akar, tumbuh seperti dahan pohon, dan menjulang tinggi seperti menara,
Itulah cintaku untukmu.
Biarkan dawai-dawai asmara itu bernostalgia,
Tentang pertemuan-pertemuan kita disatu malam tanpa bintang, tanpa rembulan,
Rindu yang bersayap, terbangkan asa yang hampir putus asa,
Cinta tak berdawai, menggesekkan namamu syahdu ditelingaku,
Saat malam tiba, aku berdiri dalam sendiri disini, menanti, sesuatu yang tidak pasti.
Dan kamu,
Tebarkan pesonamu seperti kelopak mawar yang merekah harumnya bersimbah, dalam diri yang resah.
Dan kamu,
Seperti kupu-kupu yang mengantarkan serbuk sari cintamu, hinggap diatas rambutku yang berkepang dua, kau sebarkan aromanya melalui sayap-sayap kelabu sang kupu-kupu, hinggap, kemudian pergi dan menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar