Diantara hamparan laut dan pasir yang bersejajaran, dihadapan altar dalam bangunan persegi tiga, sekali lagi untuk yang kedua kalinya aku tinggalkan cerita kita bersama terhantar senyuman batin.
Selalu tak sempat berkecup muka ketika langkah kaki ini meninggalkan tanah pulau seribu pura dalam catatanku.
Aku tinggalkan dia disini, dalam putaran waktu yang akan membawa kita dalam pertemuan lainnya, dalam harapanku yang hanya berbentuk kotak persegi empat, berjibaku dalam lontar masa ke masa, lalu tumbuh meninggi seperti bambu ditengah semak, berjumpa dalam titik tertinggi di udara, semoga akan ada hal sama seperti masa lalu itu yang selalu membawaku dalam khayalan kecupan kening dimalam berbulan sabit dan berias bintang.
Sungguh aku ini benar akan menunggu, sampai ketika aku sadar bahwa sudah berlalu mendengarkan sejuta syair musik yang mereka bilang dengan sebutan -galau- dan aku lebih memilih Absurd, sebagai kiasan yang mewakilkan rasa ini, gila dan eksotis dalam semalam.
28 November 2011
Pesisir Pantai Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar